Apakah Anda punya, atau melihat atau menemukan, seorang anak yang sudah bisa main gadget padahal membaca saja belum lancar? Dipastikan bahwa anak itu bukanlah satu-satunya di dunia, nyaris pasti juga bukan satu-satunya anak dengan kebisaan serupa di Indonesia. Anak dan gadget memang sudah jadi hal yang jamak, meski belum tentu berdampak positif.
Anak zaman sekarang memang sangat akrab dengan gadget. Saya tahu bahwa hal ini tidak sepenuhnya bisa dibenarkan. Saya juga masih setuju dengan pendapat bahwa anak itu sebaiknya menghabiskan waktu luangnya dengan bermain di luar rumah bersama teman-teman sebayanya, atau lari-larian sampai lelah atau bermain sepeda. Tapi kenyataannya, banyak dari mereka yang menghabiskan waktunya dengan bermain game atau menonton video Youtube di gadget.
Anak-anak yang banyak bergelut dengan gadget secara berlebihan bisa mengalami hal-hal negatif seperti potensi sakit mata, kurang gerak sehingga mengakibatkan kegemukan, hingga kesulitan untuk menyerap pelajaran di sekolah.
Bukan berarti menggunakan gadget tidak ada manfaatnya. Anak-anak yang sudah terampil memakai gadget berarti mengikuti perkembangan teknologi. Anak juga dapat belajar bahasa Inggris karena bahasa itulah yang mendominasi antarmuka sebuah gadget. Selain itu, sejumlah penelitian juga telah membuktikan bahwa mereka yang bermain game memiliki fokus lebih baik serta bisa mengerjakan banyak hal (multitasking) sekaligus.
Membebankan kesalahan kepada orang tua yang memberi gadget (setidaknya memberi izin memakai gadget) juga tidak menyelesaikan masalah. Persoalannya memang gadget sudah semakin lekat dengan kehidupan sehari-hari, tak terkecuali hidup seorang anak.
Nah, di sinilah peran orang tua untuk mengontrol penggunaan gadget oleh anak. Jangan sampai anak malah menghabiskan waktunya untuk menggunakan gadget dan lupa pada kegiatan utamanya yaitu belajar, istirahat, makan dan bermain. Atau yang tak kalah menyedihkannya adalah jangan sampai anak terpapar oleh konten-konten negatif yang bertebaran tak cuma di internet, tapi juga yang telah diunduh secara lokal ke ponsel dalam bentuk gambar, video atau aplikasi.
Orang tua harus bisa menentukan konten apa yang layak (atau harus) dikonsumsi anak agar mendukung perkembangan anak sesuai usianya. Tak cuma memblokir akses ke situs dan aplikasi yang dewasa, orang tua juga bisa menyeimbangkan larangan itu dengan mengenalkan situs atau aplikasi yang edukatif dan menghibur.
sumber : https://id.berita.yahoo.com/blogs/jagat-pintar/gadget-dan-anak--mencari-yang-positif--membendung-yang-negatif-071920574.html